Selasa, 29 Januari 2013

Pernyataan Solidaritas untuk Peretas Situs SBY



JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok hacker atau peretas internasional terkemuka Anonymous melancarkan serangkaian serangan terhadap sejumlah situs milik Pemerintah Republik Indonesia dengan domain '.go.id'. Serangan-serangan ini dilakukan sebagai bentuk protes penangkapan peretas situs resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) oleh Tim Cyber Crime Mabes Polri.

Hal tersebut terungkap dari pernyataan Anonymous Indonesia yang tertuang dalam situsscriptgratis.org.

Dalam pernyataan tersebut, Anonymous "menyayangkan tindakan aparat penegak hukum Indonesia yang menangkap seorang pemuda atas aksi peretasan situs Presiden Indonesia".

Anonymous mengatakan, seharusnya Pemerintah Republik Indonesia berterima kasih kepada pemuda itu, yang kemudian diketahui bernama Wildan, karena telah menunjukkan kelemahan sistem dalam situs tersebut.

"Apakah kalian akan tahu kelemahan sistem websitenya? Dan apakah kalian ingin jika website itu dibobol oleh seorang peretas yang tidak bertanggung jawab bahkan kemungkinan data-data bisa hilang, dan bagaimana jika website itu diambil oleh tangan asing yang bukan berasal dari Indonesia?," tulis Anonymous dalam pernyataan tersebut.

Dalam penutup pernyataan tersebut, Anonymous pun berharap Pemerintah Indonesia mendengarkan mereka.

"We live for nothing, we die for something", tutup Anonymous.

Sejak Selasa malam sampai Rabu dini hari, tak kurang dari tujuh domain telah dilumpuhkan dan sebagian di-deface alias diganti tampilan berisi pesan peringatan. Situs-situs yang sudah dilumpuhkan antara lain beberapa sub domain di situs KPPU, BPS, KBRI Tashkent, Kemenkumham, Depsos, dan Kemenparekraf, bahkan Indonesia.go.id.
"Government of Indonesia, you cannot arrest an idea NO ARMY CAN STOP US #Anonymous #OpFreeWildan #FreeAnon," demikian pernyataan di situs Twitter kelompok hacker tersebut, Selasa (30/1/2013). Kira-kira artinya, "Pemerintah Indonesia, anda tidak dapat membelenggu sebuah pemikiran. Tidak ada pasukan apapun yang dapat menghentikan kami."

sumber : www.kompas.com